Rabu, 17 Desember 2014

Allenatore Rudi Garcia Roma Diganjar Sanksi Dua Laga

Insiden yang terjadi saat Genoa takluk di tangan AS Roma 0-1, akhir pekan lalu ternyata berbuntut panjang. Allenatore Rudi Garcia dikenai sanksi larangan menemani klubnya selama dua laga.

Seperti diberitakan situs resmi Serie A, Rabu (17/12/2014), pelatih berkebangsaan Prancis itu diganjar larangan dua pertandingan lantaran menampar salah satu steward. Menurut badan disiplin Liga, tindakannya tersebut berbau intimidasi.

Selain itu, Roma juga didenda 20 ribu euro karena enggak mau bekerja sama untuk melakukan penyelidikan atas insiden tersebut. Sementara bek Jose Holebas akan ditangguhkan selama satu laga karena membuat gerakan menghina terhadap penggemar Genoa.

Genoa bukan tanpa sanksi. I Grifone didenda 30 ribu euro untuk perilaku kekerasan yang dilakukan fans mereka. Berbeda dengan Roma, Genoa juga akan mendapatkan pengurangan sanksi karena kesediaan mereka untuk bekerja sama dengan polisi dan badan Liga dalam mengidentifikasi insiden tersebut.

Memang pada laga yang berlangsung di stadion Luigi Ferraris itu berjalan cukup tegang dan diselingi beberapa insiden yang memicu keributan. Bukan hanya menyulut emosi Garcia, pertandingan yang dipimpin Wasit Luca Banti itu dianggap merugikan tim tuan rumah.

Terutama saat Genoa berhasil menyamakan kedudukan yang dicetak oleh Tomas Rincon. Namun Bonti tidak mengesahkan gol tersebut lantaran offside, sehingga menimbulkan keributan antar pemain dan juga penonton.

Selain itu, striker Genoa Diego Perotti juga diberi sanksi tiga pertandingan setelah ia juga menyerang bek Roma Jose Holebas. Keributan berlangsung setelah Rincon mendorong pemain keturunan Jerman saat masuk ke terowongan pemain.

Nainggolan Sudah Gantung Sepatu di Klub Roma

Rasa cinta kepada klub yang dibela kini sedang menyelimuti hati Radja Nainggolan. Bahkan, gelandang AS Roma itu menyatakan bersedia menghabiskan sisa karier di lapangan hijau bersama Giallorossi.

Nainggolan tiba di Stadion Olimpico pada Januari 2014 dari Cagliari. Dana sebesar 9 juta euro digelontorkan manajemen Roma untuk mendapat tanda tangan pemain keturunan Indonesia itu. Tak membutuhkan waktu lama, ia sudah dipercaya menempati skuad utama di lini kedua Roma.

Apalagi pada akhir pekan lalu, gelandang berusia 26 tahun itu menjadi bintang kemenangan Il Lupi dengan mencetak gol semata wayang pada menit 40. Tambahan tiga poin sekaligus mendekatkan jarak dengan sang capolista sementara, Juventus, yang hanya berselisih satu poin.

Kebanggaan terlihat jelas di komentar Nainggolan. Bahkan, ia menyadari kualitas yang dimiliki layak bermain di level klub tertinggi seperti Roma. “Saya bisa saja (sebelum pindah ke Cagliari) langsung main untuk tim besar, tapi saya merasa waktunya belum pas,” kata Nainggolan kepada Rivistastudio, Rabu (17/12/2014).

“Itu alasan saya memilih Cagliari sebagai tempat berkembang. Sekarang saya merasa waktunya sudah tepat (bermain untuk klub besar) dan saya tidak bisa membayangkan untuk tidak menghabiskan karier bersama Roma,” tambahnya.

Lebih lanjut gelandang pekerja keras itu juga meyakini bahwa dalam waktu beberapa tahun berikutnya tim arahan Rudi Garcia akan menjadi kesebelasan menakutkan di sepakbola Eropa.

Hingga Serie A 2014–2015 telah berjalan 15 pertandingan, Nainggolan selalu “berkeringat” di setiap laganya. Sebelum bermain untuk Serigala Ibu Kota, ia lebih dahulu mematangkan permainannya di Serie B bersama Piacenza (2006-2010) dan debutnya di Serie A didapat saat hengkang ke Cagliari pada Januari 2010 sebagai pemain pinjaman, serta dipermanenkan pada musim panas di tahun yang sama.

Zlatan Ibrahimovic Bisa Saja Pensiun di Milan

Kalau saja bisa bersaing dengan taipan asal Qatar, mungkin Zlatan Ibrahimovic masih bermain untuk AC Milan dan mengakhiri karier di San Siro. Hal tersebut diungkapkan oleh wakil presiden Rossoneri, Adriano Galliani.

Pada musim panas 2012, Ibrahimovic dilepas ke Paris Saint-Germain (PSG) setelah dua musim berkostum Merah Hitam. Ia bermain dalam 85 pertandingan dengan mencetak 56 gol dan mempersembahkan scudetto ke-18 untuk Il Diavolo Rosso.

Dalam penyetujuan perpindahan, sebenarnya pihak Milan rela tak rela untuk melepas Ibracadabra –julukan Ibrahimovic– ke Paris. Bahkan, Galliani menyebut Ibra bisa mengakhiri karier di Milanello, namun lagi-lagi desakan Ekonomi membuat klub harus merelakannya pergi.

“Ibra bisa saja menutup karier bersama kami. Di sepakbola, Anda harus menghitung seluruh sumber pemasukan seperti tiket stadion dan hak siar TV. Ibrahimovic telah dibeli oleh sebuah klub yang dimiliki oleh keluarga kerajaan Qatar, khususnya sang presiden (Nasser al Khelaifi),” kata Galliani kepada Milan Channel, Rabu (17/12/2014).

“Namun, kami harus mengerti akan realita yang ada. Semua orang tahu kondisi ekonomi Italia dan Anda tidak bisa menawarkan gaji lebih kepada Zlatan dibanding sebuah klub seperti PSG. Hal itu terjadi dalam beberapa tahun terakhir dan itu adalah kenyataan yang harus dihadapi,” paparnya.

Kini Brendan Rodgers Cuma Mengharapkan Untuk Kebersamaan

Pelatih Brendan Rodgers percaya bahwa kebersamaan dan rasa percaya diri sangat penting bagi para pemainnya apabila ingin kembali tampil hebat. Si Merah menjadi bulan-bulanan dan sasaran kritik lantaran tampil buruk di sepanjang kompetisi musim ini.

Fakta ini sangat bertolak belakang dengan musim lalu. Di mana Liverpool tampil menawan dan penuh kejutan. Dan di akhir musim, Steven Gerrard cs berada di posisi runner up, meski sejatinya mereka nyaris mengklaim posisi puncak bila saja tak tergelincir di sejumlah pertandingan akhir.

Sementara musim ini, Liverpool hanya mampu mengemas enam kemenangan dari 16 pertandingan Premier League. Hasil ini pun membuat The Reds terlempar ke urutan 11 klasemen sementara Premier League.

Satu kekalahan terakhir mereka derita kala menghadapi rival abadi, Manchester United, Minggu (14/12/2014) malam WIB. Tampil sebagai tim tamu, Liverpool terkubur di Old Trafford 0-3. Masing-masing gol United disarangkan oleh Robin van persie, Juan Mata, dan Wayne Rooney.

Sedangkan di pentas Liga Champions, Liverpool tampaknya masih dinaungi duka mendalam. Pasalnya, mereka baru saja terlempar dari pergelaran bergengsi tersebut dan kini berlaga di kasta kedua, Europa League.

"Jika Anda melihat rekor kami dalam 10 atau 11 pertandingan, kami tak mencetak gol dalam sebagian besar laga-laga itu. Kami harus terus bekerja, tetap fokus dan memastikan grup ini terus bersama, lalu memakai kepercayaan diri dari kreativitas kami ke dalam pertandingan," kata Rodgers, seperti dilansir Sportsmole, Selasa (16/12/2014).

Ambisi Zinedine Zidane Latih Klub Premier League

Pemain legendaris tim nasional Prancis, Zinedine Zidane mengaku sangat berambisi untuk menjadi pelatih salah satu tim peserta Premier League. Namun, mantan pemain berjuluk Zizou itu belum dapat memastikan kapan ambisi tersebut akan terealisasikan.

Zidane yang aktif di dunia sepakbola periode 1988 hingga 2006 itu sendiri memang tak pernah sekalipun mencicipi Premier League. Di mana ia mengawali kariernya di klub lokal, Cannes lalu diakhiri di Real Madrid, dan menjadi salah satu legenda di klub asal Ibu Kota Spanyol tersebut.

Bersama Madrid juga lah ilmu kepelatihannya didapat, di mana pria berusia 41 tahun itu sempat dipercaya menjabat sebagai asisten pelatih Carlo Ancelotti dan sukses mengantarkan Los Merengues meraih gelar La Decima pada musim lalu.

Kini, Zidane pun diberikan kepercayaan yang lebih serius lagi oleh manajemen dengan dipilih untuk menjabat sebagai pelatih di klub usia muda mereka, yakni Madrid Callista. Namun, tampaknya terdapat ambisi lain yang dimiliki oleh Zizou, yaitu menjadi pelatih di salah satu tim Premier League suatu saat nanti.

“Pada masa depan terdapat banyak sekali kemungkinan untuk melakukan hal-hal lain dan mengontrol sebuah tim lain di sebuah negara. Pertama-tama, yang saya pikirkan adalah tentang musim ini. Mengakhiri dengan hasil yang baik dan bisa promosi karena itulah tujuan kami. Namun, tahun depan kami akan melihat lagi,” ucap Zidane, seperti dilansir Football Espana, Rabu (17/12/2014).

“Memang sebagai pemain saya tak berminat untuk bermain di Premier League. Akan tetapi, sebagai pelatih, kenapa tidak? Itu adalah liga di mana para pelatih dengan tipikal racikan yang sangat Inggris unjuk kemampuan dan itu sesuatu yang menggoda saya,” sambung mantan pemain Juventus itu.

“Apabila Anda menanyakan kepada saya seberapa besar ambisi saya untuk melatih klub di Premier League. Saya akan mengatakan sangat besar. Namun, untuk sekarang saya rasa belum merupakan waktu yang tepat,” tuntasnya.

Gol Eden Hazard Telah Membawa Chelsea Memimpin

Menguasai permainan hampir sepanjang babak pertama, usaha Chelsea pun akhirnya berbuah manis dengan keunggulan skor 1-0. Adalah Eden Hazard yang membuka keunggulan The Roman Empire atas wakil Championship itu.

Jalannya Pertandingan

Bertemu lawan yang di atas kertas jauh unggul, Chelsea tak ragu langsung bermain menyerang sejak menit pertama. Serangan-serangan pasukan Jose Mourinho lebih menitikberatkan dari sisi kiri melalui kecepatan Eden Hazard.

Derby mengatur serangan dengan telaten tapi pasti. Penguasaan bola pun kerap ditunjukkan tim berlogo domba itu. Adapun hingga menit ke-20, Chelsea belum sama sekali mendapat peluang berbahaya.

Baru di menit ke-23, gol yang ditunggu pun datang untuk Chelsea. Berawal dari kesalahan bek Richard Keogh, Hazard sukses mencuri bola dan sempat mengelabui satu pemain Derby, sebelum menceploskan bola ke gawang Lee Grant. The Blues memimpin 1-0.

Lagi, Chelsea mempertontonkan permainan kolektif yang apik. Cesc Fabregas memilih Filipe Luis yang tengah berlari di sisi lapangan, dan bek asal Brasil itu melepaskan tendangan keras dari jarak dekat. Sayang, aksi Grant tak kalah gemilang dengan menepis bola dengan sempurna.

Jelang berakhirnya babak pertama, justru Derby yang berbalik menguasai permainan. Omar Mascarell dkk sama sekali tidak gentar tengah menghadapi pemimpin klasemen sementara Premier League. Sementara itu, Chelsea kerap mencoba mengulur-ngulur waktu agar babak pertama segera berakhir.